Di halte depan kampus belum sampai di jam sepertiga malam. Saya melihat pemuda; tidak terlalu tinggi, hanya mengenakan celana pendek dan kaos hitam. Ia tidak terlihat seperti orang yang hendak berpergian, namun lebih terlihat tengah meratapi dunia. Meski lebih terlihat bara rokok di tangannya, namun tak mungkin salah, kepalanya penuh dengan kegetiran yang siap dimuntahkan kapan pun. Saya tidak berani bertanya, sebab mungkin pria itu hanya ingin sendiri atau sengaja menyendiri dari padatnya pemikiran dan keadaan yang menjadikanya terlihat sangat kalut. Saya hanya mengamati dan berusaha memaknai, bahwa seorang pria yang dianggap perkasa ternyata bisa menjadi sangat lemah hanya karena suatu masalah. Namun saya semakin dibuat mati penasaran atas apa yang pria ini lakukan. Ia tidak mengajak saya berbicara. Ia hanya menjaring bising kendaraan yang lewat, menghisap batang tembakau berkali-kali. Dan sesekali menyeka wajahnya. Entahlah, entah ada sungai yang mengalir di pipi atau tengah bersy...
Search This Blog
Sebab hati akan terus bergerak sebagaimana rasa menempanya
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
Labels
Sebuah Perjalanan: Diri Sendiri | Sebuah Catatan-Sajak Sederhana
Sebuah Perjalanan:
Diri Sendiri
Untuk sesiapa yang juga mengalaminya.
Mungkin ngga akan puitis atau banyak sajak, namun semoga bisa tersampaikan.
| Tangkapan visual pribadi, Bandung. |
Di akhir bulan menuju dua bulan terakhir tahun ini, sepertinya kita sama-sama melewati begitu banyak pengalaman dari peristiwa yang kita alami, kejadian yang terjadi baik kesedihan, kebahagiaan, pencapaian, kegagalan juga ngga sedikit kekecewaan.
Padahal akhir tahun lalu atau di awal tahun ini, kita sangat semangat. Memiliki satu, dua atau banyak resolusi, mimpi, cita-cita, namun pada akhirnya di beberapa dan banyak waktu kita dituntut untuk menyerah, berhenti sama keadaan. Bukan kita yang ngga mau berusaha lagi, namun memang keadaan yang memaksa kita buat berhenti.
Meski ngga sedikit pula yang berhasil mencapai dan mewujudkan harapannya. Rasanya sulit untuk melihat pencapaian orang lain terwujud: teman dekat yang begitu maksimal dengan IPK di akhir semester, sahabat dekat yang bisa wisuda lebih dulu, teman-teman yang mendadak memiliki pasangan, orang-orang yang bisa dapat pekerjaan dengan cepat dan hal-hal lain yang membuat kita berpikir, "kok bisa ya". Sepertinya begitu mudah buat mereka mencapai sana.
Iya, kadang kita merasa ngga adil. Kadang pula kita merasa iri pada pencapaian orang lain. Sebenarnya ngga jadi masalah, karena manusia kan saling tertaut satu sama lain; bisa melihat, mendengar, mengamati, menilai atau mengomentari. Namun dari situ kita lupa, kita perlu menjaga diri untuk tetap baik-baik saja dengan bodo amat ke sesiapa di tempat kita berada.
"Sebenarnya, satu pohon dengan pohon lain memiliki karakteristik kayu, ranting dan daun yang berbeda. Sesungguhnya, bunga satu dengan yang lain memiliki warna bunga yang berbeda, juga waktu bermekaran yang ngga sama."
Iya, kita sama. Kita tumbuh di tempat yang kadang berbeda dengan orang lain, berkembang dengan orang-orang yang berbeda dengan orang lain, memiliki kapasitas dan karakter yang juga berbeda dengan orang lain. Kita kerap ada di lingkungan yang ngga mendukung, orang-orang yang ngga sportif dan kadang orang terdekat sendiri yang seperti itu.
Satu hal yang harus kita tau, bahwa mau bagaimana pun bunga akan tetap tumbuh dan kembang; kita akan sampai pada titik yang kita inginkan, kita akan bermekaran di waktu yang ngga bakal kita duga. Belum saja, belum waktunya. Kita akan sampai pada semua itu kok. Satu minggu, satu bulan, satu tahun, dua tahun, kita ngga akan pernah tau di waktu yang mana kita bermekaran. Hal yang terpenting, berjanjilah untuk selalu hidup dan berusaha tumbuh. Walau bagaimana pun, kita hebat dan kuat bisa sampai sekarang dan ada di titik ini.
Di dua bulan yang tersisa rasanya kita hanya bisa bertahan sama keadaan. Ngga bisa yang beneran semangat. Ngga bisa yang beneran berusaha. Capek aja buat jalanin hal yang sama tiap hari.
Seperti makna "November rain", di beberapa waktu kadang kita kaya ngerasa ngga punya siapa-siapa buat jalanin kepahitan atau setidaknya buat dengerin keluh kesah. Kita bener-bener sendirian buat berjuang dan jalan sampai di garis akhir. Ngga cuma fisik aja, pikiran kita juga kerap maksa buat berhenti karena begitu lelah.
Walaupun ngga ada yang salah kok buat berhenti dan menyerah. Ngga papa orang lain mau bilang cengeng atau lemah. Kan kita sama orang lain beda, kapasitas kita buat hadapin sesuatu pun ngga sama.
Namun, kita masih punya "December wish". Habis kita nyerah, kita ga boleh gitu aja nyerah. Kita bisa pelan-pelan susun lagi harapan ke depan, kita bisa pungut satu persatu mimpi yang tersisa, kita bisa kumpulin semangat kita sedikit demi sedikit dan kita bisa buat atau ulangi lagi resolusi yang belum tercapai. Memulai buat merencanakan, mencari dan membuat jalan yang akan kita lewati, bangun, bangkit dan berjalan lagi.
Sejatinya, kan keadaan manusia selalu dinamis. Ada kalanya kita menyerah, kalah dan pasrah.
Ada kalanya kita berdiri, melangkah dan berjalan lagi.
Popular Posts
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment