Skip to main content

Featured

Di halte depan kampus belum sampai di jam sepertiga malam. Saya melihat pemuda; tidak terlalu tinggi, hanya mengenakan celana pendek dan kaos hitam. Ia tidak terlihat seperti orang yang hendak berpergian, namun lebih terlihat tengah meratapi dunia. Meski lebih terlihat bara rokok di tangannya, namun tak mungkin salah, kepalanya penuh dengan kegetiran yang siap dimuntahkan kapan pun. Saya tidak berani bertanya, sebab mungkin pria itu hanya ingin sendiri atau sengaja menyendiri dari padatnya pemikiran dan keadaan yang menjadikanya terlihat sangat kalut. Saya hanya mengamati dan berusaha memaknai, bahwa seorang pria yang dianggap perkasa ternyata bisa menjadi sangat lemah hanya karena suatu masalah. Namun saya semakin dibuat mati penasaran atas apa yang pria ini lakukan. Ia tidak mengajak saya berbicara. Ia hanya menjaring bising kendaraan yang lewat, menghisap batang tembakau berkali-kali. Dan sesekali menyeka wajahnya. Entahlah, entah ada sungai yang mengalir di pipi atau tengah bersy...

Sajak Sederhana | Tanpa Judul Keenam

Tanpa Judul

- Kelima


Di beberapa waktu, cinta begitu berisik dan berani, namun tidak sedikit ia bunyi dan sembunyi. Berdetak dalam detak, luruh dalam peluh.

Pada lain dan banyak waktu, kita sering melanggar batasan. Kita sering lupa bahwa manusia itu berperasaan, kadang luluh sebab kesempurnaan; sama, aku juga. Olehmu.

Di banyak kesempatan, tidak selalu banyak kesempatan, sebab dekat tak selalu mengikat dan bersama tak selalu selamanya. Maka membatsi diri itu perlu. Kadang kita lupa bahwa tiap orang punya haknya masing-masing, bahkan ketika kita meminta mereka untuk tetap tinggal, mereka juga berhak untuk pergi.

Kesalahanku dan banyak orang lain adalah berekspektasi. Sebentar, atau mungkin terlalu percaya diri pada tiap hati yang disinggahi, pada tiap ketidakjelasan yang dijalani. Tetap saja mau menjalani, padahal kita sendiri yang akan mati. Ia tak pernah tau, bahkan tak mau tau.

Mencintai seseorang yang mencintai orang lain itu sulit. Kita harus siap menjadi punggung terakhir ketika tak ada lagi yang mau menyediakan untuknya. Menjadi telinga atas kebahagiaanya yang bukan dengan kita. Bahkan harus siap patah sebelum dipatahkan.

Kau sama; penuh kesempurnaan, namun tak banyak kepekaan. Sedikit yang kau tau, bahwa kita biasa-biasa saja. padahal di jauh yang tak kau mengerti, aku menanti. Mencari celah untuk tetap bersama, membuka jalan untuk bisa berdua. Namun kesalahan para pecinta adalah tak mau peduli, bahwa mencintai sama saja melukai. Di lain hal, seperti adalah ketangguhan. Tetap menyuguhkan segala hal baik meski tak akan banyak berbalik.

Sebenarnya tau, bahwa dekat di beberapa jengkal hidupnya ada rumah yang telah ia tinggali, ada  kepulangan dan ada kebersamaan.

Di sini, pada peluk yang tak pernah kau artikan ada degub yang berusaha tetap hidup.

Comments

Popular Posts