Search This Blog
Sebab hati akan terus bergerak sebagaimana rasa menempanya
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
Sebuah Perjalanan : Bapak | Sajak Sederhana
Sebuah Perjalanan:
Bapak
Di sepetak harap yang tekun kau rawat saat matahari masih melamur jejak atau remang menjelang maghrib, ada doa yang tertanam satu per satu tumbuh dan berkembang. Selain air dan pupuk, sabar dan keyakinan adalah yang menjadikannya bersemai. Kemudian di antara yang banyak tumbuh; selain gabah dan berkah, ada bahagia yang dibawa pulang ke rumah.
Kau menderas namaku di antara langkah cangkul dan sabit. Lebih lantang dari subuh yang telah lewat. Kau menasbih lelah menjadi beras cerah; menegaskan langkah melewati parit dan pematang, di antara lumpur yang menggenang.
![]() |
| Sawah | Tangkapan visual pribadi |
Di banyak yang tak kau tahu, kawanan burung menguping mimpimu. Air dan lumpur saling berkecibak berbisik pada langkah kaki untuk mengaminkan semua doa-doamu: bahwa kelak, anak laki-laki pun perempuanmu akan datang memanen cita-cita yang kau tanam dan pupuk dengan giat hingga subur di antara cangkul yang pulas tertidur.
Setelah waktu
habis berhamburan, di pertengahan hari menjelang petang, kau masih tetap taat
berdiri dan melihat, membelai dan memijak. Di bawah matahari sore yang mencair
menjatuhkan diri, kau kesatria. Berzirah tekat dengan caping yang tak mempan
dihunus kemalangan.
Kau pemberani,
pantang memberi ampun pada kepahitan. Tak diizinkannya menyentuh sesiapa yang
ada di radius hidupmu. Kau pun pemberani, melawan usia dan persendian yang
kerap mengingatkanmu perjalanan hidup. Dibawakannya pulang kemurnian bersama
sekarung tawa di punggung.
Kau menaruhnya mimpi pada nasi yang termasak di sudut dapur, di antara panci dan tungku, juga makanan pada tempayan dan periuk. Menjadikannya ramah pembicaraan oleh seisi jagat yang kau miliki.
Meski zaman
terus berganti, kau tetap tak sibuk dengan gawai di jemari, tidak gemar dengan
rutinitas laba dan rugi. Bagimu, hidup hari ini adalah tentang melahirkan
banyak mimpi.
Di sini, kau melahirkan kami. Di tempat langit menulis puisi, juga sebuah rumah penuh romansa. Tempat dimana kau menaklukan semesta.
Satu atau dua dekade lagi, pak. Istirahatlah. Barangkali ingin merebah di beranda rumah, pada kursi bambu yang juga tengah melawan usia atau di depan teras samping jendela. Pilihlah, sembari menyesap kopi atau menikmati sisa hari.
Aku tahu, kau tak bernyali, pun tak banyak janji. Namun aku tahu, doamu paling berani. Entah bosan atau tidak Tuhan mendengarmu; kau selalu ingin dipanjangkan usia, melihat mimpi terlaksana pada pewaris generasi yang kau miliki, juga segala kebaikan untuk senantiasa menyelimuti.
Sebelum usiamu habis dimampus waktu, semoga mata tuamu masih mampu untuk mendaratkan kenyataan pun kebahagiaan. Juga tangan-tangan rentamu yang masih mampu menggenggam mimpi yang terkabulkan.
Sebentar.
Popular Posts
- Get link
- X
- Other Apps

Comments
Post a Comment