Skip to main content

Featured

Di halte depan kampus belum sampai di jam sepertiga malam. Saya melihat pemuda; tidak terlalu tinggi, hanya mengenakan celana pendek dan kaos hitam. Ia tidak terlihat seperti orang yang hendak berpergian, namun lebih terlihat tengah meratapi dunia. Meski lebih terlihat bara rokok di tangannya, namun tak mungkin salah, kepalanya penuh dengan kegetiran yang siap dimuntahkan kapan pun. Saya tidak berani bertanya, sebab mungkin pria itu hanya ingin sendiri atau sengaja menyendiri dari padatnya pemikiran dan keadaan yang menjadikanya terlihat sangat kalut. Saya hanya mengamati dan berusaha memaknai, bahwa seorang pria yang dianggap perkasa ternyata bisa menjadi sangat lemah hanya karena suatu masalah. Namun saya semakin dibuat mati penasaran atas apa yang pria ini lakukan. Ia tidak mengajak saya berbicara. Ia hanya menjaring bising kendaraan yang lewat, menghisap batang tembakau berkali-kali. Dan sesekali menyeka wajahnya. Entahlah, entah ada sungai yang mengalir di pipi atau tengah bersy...

Tanpa Judul - Kelima | Sajak Sederhana

            
 Tanpa Judul
- Kelima




            Setiap orang pasti pernah mengalami kondsi paling menyebalkan. Enggan untuk melangkah namun juga tak mau untuk diam dan bertahan. Merasa sangat kesepian namun juga tak ingin menjalin hubungan. Merasa hampa namun tak mau berusaha membuka hati. Merasa sendirian namun tetap saja melakukan apa pun sendiri.

            Ingin berkeluh kesah namun tak ada ruang yang nyaman, ingin terus berharap tapi tak tahu mengharapkan apa. Ingin berjuang tapi juga tak tahu hendak memperjuangkan apa. Begitu kosong tak bernyawa, membiarkan tiap hati mengisi silih berganti. Tak peduli menetap atau cuma hinggap. Segalanya menjadi terasa biasa saja.

            Perpisahan tak lagi begitu menyakitkan, kehilangan tak lagi begitu menyesalkan. Bahkan menjalin hubungan tak lagi begitu berkesan. Tak ada bahagia namun juga tak terluka.
Entahlah, barangkali kesibukan mampu menelan perasaan. Tidak sedang tidak baik-baik saja namun juga tidak sedang baik-baik saja.

Sungguh detak waktu hanya hitungan tak bermakna. Tanpa cerita, tanpa kisah. Segalanya terasa hambar, bahkan waktu mematikan rasa. Hingga hati tak lagi menggebu bahkan logika tak lagi menjadi terburu-buru, sebab semuanya telah begitu paham.

Cinta saat ini hanyalah klise semata. Keseriusan hanyalah sebatas omong kosong belaka. Bahkan keduanya hapal bahwa setelah selepas perjumpaan akan disusul kehilangan, sedikit bahagia lebih banyak terluka.

Comments

Popular Posts