Di halte depan kampus belum sampai di jam sepertiga malam. Saya melihat pemuda; tidak terlalu tinggi, hanya mengenakan celana pendek dan kaos hitam. Ia tidak terlihat seperti orang yang hendak berpergian, namun lebih terlihat tengah meratapi dunia. Meski lebih terlihat bara rokok di tangannya, namun tak mungkin salah, kepalanya penuh dengan kegetiran yang siap dimuntahkan kapan pun. Saya tidak berani bertanya, sebab mungkin pria itu hanya ingin sendiri atau sengaja menyendiri dari padatnya pemikiran dan keadaan yang menjadikanya terlihat sangat kalut. Saya hanya mengamati dan berusaha memaknai, bahwa seorang pria yang dianggap perkasa ternyata bisa menjadi sangat lemah hanya karena suatu masalah. Namun saya semakin dibuat mati penasaran atas apa yang pria ini lakukan. Ia tidak mengajak saya berbicara. Ia hanya menjaring bising kendaraan yang lewat, menghisap batang tembakau berkali-kali. Dan sesekali menyeka wajahnya. Entahlah, entah ada sungai yang mengalir di pipi atau tengah bersy...
Search This Blog
Sebab hati akan terus bergerak sebagaimana rasa menempanya
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
Labels
Tanpa Judul - Keempat | Sajak Sederhana
Tanpa Judul
- Keempat
Pada malam yang lapang, izinkan aku menanam rasa di pelataran kesunyian. Menyiraminya dengan tawa, merawatnya dengan doa-doa sebagai pupuk paling sempurna. Kelak, bahagia adalah hasil yang paling layak ku syukuri, menikmati ranumnya senyummu, menelan segarnya tawamu, menanam kembali rindu sebagai benih yang siap tumbuh di ladang kisah. Jika tidak pun, aku percaya bahwa kita tak selalu memanen apa yang kita tanam.
Setiap petani punya tumbuhannya masing-masing untuk dijaga; dan aku memilihmu untuk kurawat. Aku siap merawat ketika sekarat, aku rela menjaga hatimu agar tidak mengering dan patah, aku akan senantiasa memberimu cinta sebagai satu-satunya unsur hara.
Dan di antara itu, kita sering kali lupa, sayang. Bahwa malam kerap kali hilang, pulang pada peraduan. Namun cukup bagiku untuk sekali lagi menyapamu atau bahkan tinggal lebih lama di bawah teduh hatimu. Untuk ikut melarut dalam larut, meluruh dalam peluh, terlelap dalam senyap.
Sedang ketika hilang, pagi masih cukup lapang. Aku dapat memandikanmu dengan mentari agar lenyap dukamu, agar merekah kabar baikmu.
Aku mengerti, setiap yang kita tanam bisa mengering dan mati. Namun saat ini aku tak akan membiarkan itu terjadi, bahkan setiap peralihan musim kau harus tetap berdiri dan bersemi.
Sayang, pelukku lebih dari apa pun. Mengakar pada nurani dan tak sedikit pun ku biarkan benalu hinggap di kepalamu. Bahkan pelukku tak mengenal cuaca-- senantiasa erat melekat. Akan ku pastikan tak sedikit pun kebahagiaanmu terrenggut, akan ku pastikan tak satu pun dari tawamu gugur dan jatuh, serta akan ku pastikan tak sejengkal pun hatimu akan patah.
Setelah itu, setelah semuanya, biar tuan waktu yang menjagamu di tiap detiknya. Memastikan kau baik-baik saja tanpa sedikit pun terluka. Tugasku cukup, namun tidak untuk tetap memupukmu dengan doa-doa yang selalu kulangitkan dan tetap mengamatimu dari kejauhan. Akan ku kunjungimu kelak, sebagai kepulangan paling menenangkan, sebagai rumah paling indah. Seperti yang selalu ku katakan; tempat raga meretas lelah, tempat hati merekat patah.
Aku bisa saja menemuimu ketika matahari datang atau ketika ia tengah berpulang. Kapan pun tak pernah menjadi hal yang berat bagiku, sebab menemuimu aku selalu mau. Berbagi apa saja yang telah terlewati selama pergi, menceritakan yang tak pernah sebelumnya kuceritakan. Meski kau tetap diam, aku selalu saja merasa gembira.
Terima kasih, tetaplah tumbuh dan utuh.
- Get link
- X
- Other Apps
Labels:
Sajak Sederhana
Tanpa Judul
Popular Posts
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment