Skip to main content

Featured

Di halte depan kampus belum sampai di jam sepertiga malam. Saya melihat pemuda; tidak terlalu tinggi, hanya mengenakan celana pendek dan kaos hitam. Ia tidak terlihat seperti orang yang hendak berpergian, namun lebih terlihat tengah meratapi dunia. Meski lebih terlihat bara rokok di tangannya, namun tak mungkin salah, kepalanya penuh dengan kegetiran yang siap dimuntahkan kapan pun. Saya tidak berani bertanya, sebab mungkin pria itu hanya ingin sendiri atau sengaja menyendiri dari padatnya pemikiran dan keadaan yang menjadikanya terlihat sangat kalut. Saya hanya mengamati dan berusaha memaknai, bahwa seorang pria yang dianggap perkasa ternyata bisa menjadi sangat lemah hanya karena suatu masalah. Namun saya semakin dibuat mati penasaran atas apa yang pria ini lakukan. Ia tidak mengajak saya berbicara. Ia hanya menjaring bising kendaraan yang lewat, menghisap batang tembakau berkali-kali. Dan sesekali menyeka wajahnya. Entahlah, entah ada sungai yang mengalir di pipi atau tengah bersy...

Tanpa Judul - Ketiga | Sajak Sederhana

Tanpa Judul
- Ketiga



Hingga saat ini ada hal yang tak pernah hilang; segala rasa terhadapmu, ada hal yang mengurang; perihal kepercayaanku. Terlepas dari itu, kita sama-sama berjuang dengan upaya yang berbeda. Kita sama-sama berjalan dengan cara yang tak sama. Kau dengan keegoisanmu, aku dengan prinsip-prinsipku.

Satu hal yang perlu kau tau, kehilangan bisa hadir kapan pun. Bahkan detik ini, perpisahan bisa saja terjadi. Keduanya hanya menunggu waktu, dari diri kita yang begitu angkuh atas dirimu yang tak lagi membuatku luluh, atas hatiku yang berulang kali berpikir untuk kembali berlabuh.

Aku tak pernah tau bagaimana baiknya suatu hubungan, aku tak pernah mengerti bagaimana cara terbaik dalam mempertahankan, aku juga tak akan paham bagaimana caranya melepaskan. Tapi aku tau bagaimana caranya untuk tetap berjalan di sampingmu, aku mengerti bagaimana cara untuk tidak meninggalkanmu, dan aku sangat paham bagaimana untuk tetap tinggal denganmu.

Tapi, kau tak pernah paham seharusnya memperlakukan suatu hubungan. Kau tak pernah mengerti untuk tetap menjaga kenyamanan, dan kau tak pernah benar-benar tau bagaimana aku.
Satu hal yang perlu aku tahu, bahwa diam adalah sebaik-baiknya kejelasan tanpa perlu banyak penjelasan. Sebaik-baiknya arti tanpa perlu banyak mengartikan. Sebaik-baiknya pilihan tanpa perlu banyak memilih.

Hingga pada akhirnya, masing-masing kita akan paham. Bahwa suatu hubungan perlu kau dan aku yang saling tahu. Perlu kita yang berusaha saling memahami.

Terakhir, bertahan atau melepaskan adalah konsekuensi. Sudah saatnya untuk tidak lagi berjanji dan sudah waktunya untuk saling memberi bukti.

Comments

Popular Posts