Di halte depan kampus belum sampai di jam sepertiga malam. Saya melihat pemuda; tidak terlalu tinggi, hanya mengenakan celana pendek dan kaos hitam. Ia tidak terlihat seperti orang yang hendak berpergian, namun lebih terlihat tengah meratapi dunia. Meski lebih terlihat bara rokok di tangannya, namun tak mungkin salah, kepalanya penuh dengan kegetiran yang siap dimuntahkan kapan pun. Saya tidak berani bertanya, sebab mungkin pria itu hanya ingin sendiri atau sengaja menyendiri dari padatnya pemikiran dan keadaan yang menjadikanya terlihat sangat kalut. Saya hanya mengamati dan berusaha memaknai, bahwa seorang pria yang dianggap perkasa ternyata bisa menjadi sangat lemah hanya karena suatu masalah. Namun saya semakin dibuat mati penasaran atas apa yang pria ini lakukan. Ia tidak mengajak saya berbicara. Ia hanya menjaring bising kendaraan yang lewat, menghisap batang tembakau berkali-kali. Dan sesekali menyeka wajahnya. Entahlah, entah ada sungai yang mengalir di pipi atau tengah bersy...
Search This Blog
Sebab hati akan terus bergerak sebagaimana rasa menempanya
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
Labels
Tanpa Judul - Kedua | Sajak Sederhana
Tanpa Judul
- Kedua
Dini hari menjadi waktu paling menyakitkan, sebab aku adalah sunyi yang meronta. Sedangkan kau adalah malam yang diam dan kita adalah diam yang muram. Terkurung dalam luka yang terbingkai air mata.
Langkah kita terhenti dan terpisah di pertengahan jalan, merangkum takdir bahwa pada akhirnya cinta tidak selalu bersama. Kisah bisa mati kapan pun, lenyap tertikam ego masing-masing. Hingga pada akhirnya berdua menjadi asing.
Rindu semakin tajam menikam, pedih menyayat, melukai, tak pernah mengobati.
Upaya kita dalam mempertahankan berbeda, usaha kita dalam memperjuangkan tak pernah sama. Baik yang kau sangka baik bagiku belum tentu baik.
Tawa yang kau janjikan pada awal perjumpaan luruh, terbias andai yang pada akhirnya tetap usai. Pada jejak-jejak cerita yang kita buat, aku berharap kau adalah penguat. Namun ternyata berdua adalah ragu sedang sendiri adalah pilu.
Dan cukup!
Biar aku yang memeluk sisa kenangan kita dengan tertatih, dengan merintih. Sebab di matamu aku diam yang tak mencoba, sebab bagimu aku bisu yang tak pernah berupaya.
Pada harapan yang tak sesuai rencana, aku masih bertahan atas perpisahan. Mengais sisa tawa yang tertinggal di tiap kehilangan.
Air mata yang tak pernah kau sangka adalah unsur hara pada kisah kita berdua. Pada kenyataannya untuk mengering dan mati tak pernah bisa dipungkiri.
Ingat!
Pada kehilangan kita, aku berpesan: bahwa aku akan hadir dalam setiap penyesalanmu. Aku ada pada perpisahan yang harusnya tak pernah terjadi dan aku menetap pada segala rasa bersalahmu.
Tak perlu kau tangisi, rupanya pertemuan hanyalah kenyamanan sementara. Selalu berdua hanyalah klise dan tak pernah nyata.
Barangkali kau dan aku butuh jeda agar lebih mampu memaknai kita.
Setelah ini biar aku berjalan pada sisa harap yang tertinggal, pada setiap kisah yang tanggal. Menyusun kembali rencana yang runtuh, merekatkan kembali keyakinan yang tak lagi utuh.
Sendiri, bersama malam dan kesunyian.
Popular Posts
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment